Selama puluhan tahun, sejumlah penyakit yang ditularkan
melalui nyamuk masih menjadi ancaman bagi masyarakat. Selain ribuan orang
dirawat, korban jiwa juga terus berjatuhan.
Kondisi ini
mencerminkan pemerintah dan masyarakat masih mengabaikan pemberantasan nyamuk
penyebar penyakit.
Sejumlah penyakit
yang ditularkan vektor nyamuk dan banyak menelan korban jiwa, berdasarkan data
yang dihimpun Kompas hingga Minggu (21/2), antara lain demam berdarah dengue
(DBD), penyakit kaki gajah (filariasis), chikungunya, japanese encephalitis,
dan malaria.
Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) mengategorikan filariasis, DBD, dan chikungunya sebagai penyakit
tropis yang terabaikan.
"Masih adanya
penyakit tersebut di Indonesia, bahkan banyak menelan korban jiwa, menunjukkan
penanganan terhadap penyakit tersebut tidak tepat," kata konsultan
penyakit tropis dan infeksi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
(FKUI), Erni Juwita Nelwan.
Demam berdarah,
misalnya, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Kementerian Kesehatan, sejak ditemukan di Indonesia pada 1968,
kematian akibat DBD selalu ada tiap tahun.
Jumlah kasus,
kematian, dan incidence rate DBD tertinggi justru terjadi di era otonomi
daerah. Kasus DBD terbanyak terjadi tahun 2009 dengan 158.915 kasus. Adapun
angka kematian tertinggi DBD terjadi 2007, merengut 1.599 orang meninggal.
Januari 2016,
sejumlah provinsi menyatakan kejadian luar biasa (KLB) DBD. Di Jawa Barat
terdapat 2.980 kasus dan tertinggi di Kabupaten Bekasi.
Selain DBD, kasus
filariasis klinis, yang pada 2002 tercatat ada 6.571 kasus, tahun 2014 justru
naik menjadi 14.932 kasus. Ironisnya, ada 195 kabupaten atau kota endemis
filariasis atau penyakit yang tergolong "purba" ini, tetapi pemberian
obat pencegahan massal baru dimulai pada Oktober 2015.
Sementara malaria
yang diukur dengan annual parasite incidence turun dari 2,47 tahun 2008 menjadi
1,38 tahun 2013. "Kalau pencegahan dan pengendalian penyakit tepat, tak
mungkin ada kasus," ujar Erni.
Sumber artikel:
Sumber Foto:
Read more ...