Chocolate ‘Could Cure Cough’

14 Jan 2016
Eating chocolate could be more effective than sucking a lozenge at treating coughs, say doctors. An ingredient in chocolate may provide sweet relief from constant coughing.

The study showed that theobromine, an ingredient found in cocoa, was much more effective in stopping persistent coughs than codeine – the cough medicines currently considered most effective.
Theobromine works by suppressing vagus nerve activity, which is responsible for causing coughing.

The team also discovered that unlike standard cough treatments, theobromine caused no adverse effects on either the cardiovascular or central nervous systems.

Professor Maria Belvisi, who also worked on the study, said: "Not only did theobromine prove more effective than codeine, at the doses used it was found to have none of the side effects.

"Normally the effectiveness of any treatment is limited by the dosage you can give someone.
"With theobromine having no demonstrated side effects in this study it may be possible to give far bigger doses, further increasing its effectiveness.

"At the same time, theobromine may not have any of the side effects such as drowsiness. This means there will be no restrictions on when it can be taken.

"For example, people using heavy machinery or who are driving should not take codeine, but they could take theobromine"

Although this was a small study involving only 10 people, researchers say that if more studies confirm these results, the chocolate ingredient could be used in creating better cough medicines with fewer side effects than existing drugs.
Principal investigator Professor Alyn Morice, head of the Hull Cough Clinic, says: ‘This new capsule we are using seems very effective. ‘Eating a bar of dark chocolate a day which has high levels of the compound may also be effective for people with diagnosed persistent cough, although eating chocolate  on a daily basis may have other unwanted effects, including weight gain and so on.’

Article source:

Image source:


Read more ...

45 peratus penduduk Malaysia ada insurans

12 Jan 2016


STATISTIK menunjukkan kira-kira 45 peratus penduduk Malaysia mempunyai satu produk insurans dan kurang daripada 15 peratus mempunyai produk takaful.

Pengarah Urusan Kumpulan Takaful Malaysia, Datuk Seri Mohamed Hassan Kamil berkata, Takaful berkembang mantap pada tahun kebelakangan ini.

Perbankan Islam diterima secara meluas masyarakat di Malaysia. Walau bagaimanapun, masih banyak yang perlu dilakukan dalam meningkatkan kesedaran Takaful di kalangan rakyat Malaysia.

“Terdapat keperluan penting untuk memecahkan persepsi insurans Takaful  hanya untuk orang Islam. Program pendidikan dan kesedaran perlu dilancarkan di semua peringkat untuk membawa mesej 'Takaful adalah untuk semua' dan Takaful adalah relevan untuk orang Islam dan bukan Islam.

“Kami berharap agar lebih banyak usaha penjenamaan kreatif dapat dilaksanakan dalam mewujudkan kesedaran dan sekali gus mempromosikan kepentingan insurans untuk semua.

"Pengendali Takaful atau syarikat insurans mesti terus berusaha ke arah membina dan mengukuhkan saluran pengedaran masing-masing untuk mencapai pelanggan dan meningkatkan penembusan pasaran,” katanya.

Pengendali Takaful/Insurans perlu mencari cadangan preposisi unik mereka sendiri, memperkenalkan penawaran produk yang berdaya saing dan inovatif serta menawarkan pengalaman perkhidmatan pelanggan yang cemerlang.

“Di Takaful Malaysia, 15 peratus Pulangan Tunai merupakan preposisi unik kami. Takaful Malaysia telah memberi ganjaran Pulangan Tunai kepada para pelanggan selama lebih dari 25 tahun,” katanya.

Masih rendah

Kadar penembusan insurans di Malaysia masih rendah dalam kedua-dua sektor Takaful dan insurans konvensional, terdapat banyak ruang untuk pertumbuhan organik.

"Insurans konvensional dan Takaful dijangka mencatatkan satu lagi tahun pertumbuhan yang mantap bagi 2015. Industri Takaful di Malaysia mengatasi dan mempunyai kadar pertumbuhan lebih awal daripada pasaran insurans konvensional pada masa lalu," katanya.

Pertambahan penduduk berpendapatan sederhana dan kadar penembusan insurans rendah di Malaysia terus mencatat potensi pasaran untuk industri Takaful.

"Prospek pertumbuhan kukuh, peningkatan permintaan domestik bagi produk dan perkhidmatan Takaful/Insurans, inisiatif pengurusan risiko bertambah baik adalah faktor   mendorong ke arah pertumbuhan positif sektor ini.

"Permintaan pasaran semakin meningkat telah dikuatkan dengan  keperluan untuk memiliki insurans harta, liabiliti, dan keluarga serta produk perubatan," katanya.

Sehingga ini, Takaful Malaysia melindungi lebih daripada 3 juta peserta dan telah menunjukkan arah aliran yang positif pada 2015.

Insurans penyelesaian risiko

Insurans terbukti sebagai satu penyelesaian pengurusan risiko dengan menyediakan perlindungan kepada pengguna pada masa memerlukan.

“Insurans perlu menjadi satu keperluan penting untuk semua dan ia dikembalikan semula kepada pelanggan walaupun mereka tidak membuat tuntutan.

“Takaful Malaysia merupakan pengendali Takaful yang pertama dan satu-satunya menawarkan pelanggan yang dihargai 15 peratus pulangan tunai jika tiada tuntutan dibuat sepanjang tempoh perlindungan bagi produk Takaful Am,” katanya.

Bagi takaful keluarga, buat masa kini ada jurang perlindungan purata RM200,000 bagi setiap orang berdasarkan kajian industri insurans.

"Jurang perlindungan adalah disebabkan peningkatan hutang isi rumah dan pendapatan yang besar diperlukan untuk mengekalkan taraf kehidupan apabila seseorang berhenti kerja.

Produk takaful keluarga seperti myGenLife dan Takaful myMortgage boleh membantu anda semua untuk mengurangkan jurang perlindungan," katanya.

Sumber Artikel:

Read more ...

Mandi Air Dingin Bisa Atasi Stress

8 Jan 2016


Dalam kehidupan sehari-hari, pastinya aktivitas atau kegiatan mandi harus selalu dilakukan secara teratur agar tubuh tetap segar dan bersih. Namun jika dilihat secara kesehatan, mandi yang baik itu dilakukan pada waktu pagi hari karena memberikan efek yang sangat baik sekali.

Karena pada waktu pagi hari merupakan waktu yang tepat untuk memulai aktivitas atau kegiatan. Pada waktu pagi hari, udara pagi banyak mengandung zat-zat yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh dan masih bersih. Zat-zat pada udara pagi ini biasanya bercampur menjadi satu dengan air. 

Ingin punya tubuh yang lebih sehat? Pakar kesehatan menyarankan untuk mandi air dingin. Suhu ideal air sekitar 15 derajat Celsius.

Perbaiki Suasana Hati

Hidroterapi dengan air dingin bisa meningkatkan kadar beta-endorfin dan noradrenalin dalam darah serta otak, yang memiliki efek antidepresan. Studi yang dipublikasi dalam jurnal Medical Hypotheses mengatakan, mandi air dingin selama dua tiga menit secara rutin selama dua minggu, bisa memperbaiki suasana hati pelakunya.

Redakan Sakit Otot

Pakar olahraga Henry Halse menyebutkan, mandi air dingin bisa membantu mengurangi rasa sakit otot setelah berolahraga. Ia menyarankan untuk mengarahkan air dingin ke bagian yang sakit selama lima menit. "Aliran darah yang meningkat bisa membantu memperbaiki otot atau jaringan yang rusak, karena darah mengandung gizi yang punya efek menyembuhkan."

Membuat Kulit Jadi Indah

Merawat kecantikan bisa dengan mandi air dingin. Pakar Dermatologi Neal Schultz, M.D. menyarankan untuk membersihkan badan dengan air hangat lalu akhiri dengan air dingin. Air dingin bisa mengencangkan kulit dan pori-pori. Kulit Anda akan terlihat lebih mulus dan cerah.

Rambut Jadi Lebih Berkilau

Air hangat yang digunakan untuk membilas sampo dari rambut, akan mengurangi keindahan rambut Anda. Demikian ujar Julia Tzu, pakar dermatologi. Gunakan air dingin setelah memberikan conditioner pada rambut, agar rambut lebih berkilau dan halus.

Bantu Atasi Stres

Mengurangi Tingkat Stres dan resiko darah tinggi pada pikiran anda, kegiatan atau kesibukan yang banyak dapat membuat pikiran anda menjadi penat dan stress. Namun dengan mandi air dingin dipagi hari akan memastikan seluruh tubuh mendapatkan oksigen dalam jumlah yang banyak. Kebutuhan oksigen pada seluruh tubuh akan mengurangi tingkat stress dan kepenatan yang dialami.

Sumber Artikel:

Read more ...

We don’t have enough

4 Jan 2016

Most Malaysians will struggle to cope with a health crisis, while loved ones will face difficulties after a breadwinner’s death because we simply do not have enough insurance coverage. To address this, Bank Negara is introducing a new insurance framework to increase penetration and transparency.
MALAYSIANS are grossly under-insured. And those who have insurance aren’t adequately covered.
But offering policies with higher sums assured won’t work because life insurance is not a priority for most Malaysians, says Victor Kho, president of the National Association of Malaysian Life Insurance Fieldforce and Advisers (Namlifa).
The younger generation especially would rather spend their money on smart phones and luxury goods – which actually are way pricier than insurance payments, Kho says, pointing to how a life policy can cost as little as RM100 a month.
“No one has ever gone bankrupt because they bought insurance. How much do you pay for your car insurance? A basic life policy is a fraction of that. So not having enough money is a poor excuse,” he argues.
And among those who have insurance, the protection gap keeps widening because they’re reluctant to review their policies. They think agents just want to make a sale. But the reality is that with rising healthcare costs and changes in your dependants’ needs, more protection is a must, Kho explains.
Quoting the “2013 Protection Gap in Malaysia” study, Life Insurance Association of Malaysia (Liam) president Toi See Jong says four to five of every 10 Malaysians don’t have life insurance. And those who do have some don’t have sufficient coverage for their loved ones.
Putting things into perspective, Prudential Assurance Malaysia chief marketing officer Khoo Ai Lin says only half of the population have some form of life insurance. And yes, those who are covered just don’t have enough.
When you buy a life insurance policy, the rule of thumb is to insure a sum equivalent to 10 times your annual salary, she explains.
“With Malaysia’s gross income per capita of RM32,000, the current average sum assured of RM50,000 is far below the ideal amount one should be insured for.
“This means that Malaysians are generally unprepared for rainy days. Imagine if something unfortunate were to happen to the family’s breadwinner and they’re only left with a RM50,000 life insurance policy. Today, RM50,000 will not get the family very far. They may have difficulties sustaining their current standard of living,” she says.
There’s a growing demand for insurance products with savings and investment elements but the level of awareness among Malaysians about protection is low. Our ­premium contribution is only 3.1% of the GDP in 2014 – much lower than Taiwan (15.6%), Hong Kong (12.7%), Japan (8.4%), and Singapore (5%), according to Bank Negara.
To promote long-term growth and a more competitive market, the “LIFE Framework” was developed by Bank Negara. It completed its public consultation on the Framework in 2014 and it has been implemented in phases.
In a statement, Bank Negara says, “Currently, most consumers buy life insurance or family takaful products through an intermediary like an agent. But there are those who are financially literate and savvy enough not to need financial advice or product recommendation. Online products will then appeal to them with straight-forward, easy to understand, and solely for protection products.
“Like online banking, an online account will be introduced by all insurers and takaful operators for policy owners and takaful participants to obtain information on the status of their policies and certificates, and get real-time updates and downloadable transaction forms easily.”
With the Framework, insurers and operators will have greater flexibility to manage their expenses. This encourages product innovation and is beneficial to consumers. The industry, however, must continue to safeguard con­sumer interests in this more liberalised environment, according to the Bank’s statement. For example, in the case of investment-linked products, they must ensure a proportion of premium contribution is allocated to the unit funds, before deduction of charges.
Kho hopes the Framework, aimed at liberalising the industry, succeeds in increasing professionalism and penetration. Whether it gives rise to higher premiums, he thinks, will be determined by market forces. The relevant authorities must, however, manage the rising inflation of medical costs and distribution costs. And, insurers must be fair to consumers. Don’t increase premiums unnecessarily just to make a huge profit, he says.
“Blaming the high distribution costs on agents to justify hiking premiums is wrong. We must be properly compensated for getting new business and providing life-long service.”
The impact of opening up the industry is that insurers will have greater control over the products they introduce and agents’ commissions and premiums will all be determined by demand and supply, Kho explains.
Assuring consumers that they will be protected, he says complaints about errant agents or insurers can be made to Bank Negara. And, Namlifa’s role, he insists, is to ensure both members and consumers benefit because when policyholders suffer, agents suffer too.
“There are 18 insurance companies for consumers to choose from, so be smart and shop around. The pricing will be competitive but don’t just go for the cheapest policy because you could end up much poorer in the long run when you find that you are not adequately protected,” he warns.
There are, however, many areas of the industry still in need of improvement. Namlifa, Bank Negara and Liam have their work cut out, he admits, stressing that there is a need for an extensive public awareness campaign on the importance of adequate protection.
There must be a concerted effort by Bank Negara to control inflated premiums and the escalating cost of medical policies, he says. And a holistic approach, especially when coming up with products, is needed.
Most insurers have shifted from traditional protection-based products to savings and high-investment types with higher premiums and bigger profit margins. The risks of such products are higher for consumers compared with protection policies, he cautions.
The basic coverage in an investment-link policy is, by default, up to age 100. Medical and critical illnesses are add-on benefits. These can expire at age 70, 80, 90, or 100. The medical card alone takes up 70% of the policy cost, leaving a meagre sum for coverage, he says, explaining why coverage in the event of death or total permanent disability is low.
Can policy-holders continue paying for the policy in the long run if the costs are so high, he asks, adding that unlike traditional policies, investment-link products transfer protection risks from insurers to policy­holders.
Denying that agents are guilty of pushing investment-linked products instead of protection policies, he says they can only sell what insurers offer.
Prudential recommends a longer period of coverage because life is unpredictable and while we may be healthy at 80, we could fall ill or meet with an accident after that. Malaysians are living longer, Kho rationalises. Our average life expectancy has increased to 73 and 75 years for males and females. So we need a medical plan that will last through the golden years.
“Many medical plans have a range of coverage limits and even go up to 100 years old. If our coverage ends at 80 years old, we’ll have to rely on our savings to cover our medical bills after that.”
Get sufficient medical coverage while you’re young and healthy instead of trying to buy insurance after you’ve been diagnosed with an illness, Liam’s Toi advises.
Most of the contract provisions are the same but there are different types of policies for different needs, budgets and circumstances. Always compare, consult, and confirm the terms and conditions before deciding on the right plan for you, he adds.
“Some products are flexible enough to be changed but life insurance is a long-term commitment. Make sure it fully meets your requirements before you commit.”
Always add a zero to your annual income to gauge the protection amount needed, Kho offers, because this sum will give your family at least 10 years to adjust to the change in their financial situation.
“Unlike in other countries where consu­mers ask: ‘How much will the family get when I die?’, Malaysians want to know how much they will get back from the policy before they die.”
Article and Image Source: The Star
Read more ...

Insurans Sudah Jadi Keperluan

28 Dec 2015



LAZIMNYA, insurans hanya menjadi kepentingan apabila diri dilanda musibah. Namun kekangan wang, pelaksanaan cukai barang dan perkhidmatan (GST) dan keadaan ekonomi negara yang sukar dijangkakan sekarang, ramai lebih mementingkan perbelanjaan isi rumah berbanding pengambilan insurans. Mungkin berlaku sedikit kelembapan dalam industri insurans?

Bagaimanapun, rakyat Malaysia masih mementingkan insurans kerana kesedaran mereka mengenai kepentingan perlindungan dalam kehidupan membabitkan kos perubatan yang meningkat.

Jika dilihat, banyak syarikat insurans menyatakan pertumbuhan insurans semakin meningkat dan berpotensi untuk berkembang memandangkan rakyat mula sedar mengenai kepentingan pengambilan insurans hayat dan perubatan.

PENGAMBILAN insurans adalah penting walaupun terbeban dengan kos sara hidup tinggi dan keadaan ekonomi tidak menentu.

Ketua Jururawat Unit Perawatan Jantung di Hospital Tuanku Fauziah, Rusmira Ramli berkata, kepentingan insurans dilihat apabila memerlukan rawatan khas dan kos rawatan tinggi.

"Jika tiada insurans, untuk mendapatkan rawatan khas di hospital kerajaan, perlu menunggu masa lama. Jika ada insurans, ia memudahkan untuk dapat rawatan segera di hospital swasta," katanya.

Katanya, insurans juga memudahkan untuk memilih mana-mana pakar untuk rawatan.

Bagaimanapun katanya, hospital kerajaan juga menyediakan perkhidmatan rawatan terbaik bagi penyakit kritikal.

Pekerja swasta, Shukria Aziz berkata, insurans bukan lagi kehendak tetapi  adalah keperluan.

"Dengan banyak pendedahan, peratusan pemahaman dan kesedaran mengenai insurans semakin meningkat," katanya.


Pelaksanaan GST memberi kesan kepada perniagaan insurans namun tidak membebankan bagi menanggung segala kos perubatan yang akan meningkat.

Selain itu, tanggapan segelintir individu bahawa kemudahan kesihatan adalah tanggungjawab majikan juga masih diterapkan dalam kalangan masyarakat hari ini.

Katanya, pengalaman ahli keluarga dan kawan-kawan yang berhadapan dengan ejen tidak bertanggungjawab dalam hal-hal tuntutan menjadi punca orang ramai kurang membeli insurans.

"Mereka juga kurang memahami mengenai perlindungan insurans yang diambil dan cara penyampaian yang kurang berkesan daripada pihak insurans.

Bagi pelajar, Farah Nuzaily Zakaria berkata, pengambilan insurans penting namun masih ada segelintir masyarakat lebih mementingkan perbelanjaan harian.

Katanya, kadar dan harga semasa membeli insurans yang mahal juga menyebabkan orang ramai tidak mampu untuk menampung komitmen pembayaran setiap
bulan.

"Pembayaran insurans minimum RM100 sebulan jika digunakan untuk keperluan harian pelbagai barang boleh dibeli. Masyarakat perlu diberi pendedahan dan kesedaran terhadap risiko yang bakal dihadapi sekiranya menghadapi masalah kesihatan ketika tidak mempunyai perlindungan.

“Persatuan insurans dan takaful perlu menganjurkan seminar percuma kepada masyarakat berkaitan dengan pengurusan risiko, sekali gus memberikan pendedahan umum kepada orang ramai,” katanya.

Sumber Artikel:

Read more ...

Rahsia Turunkan Berat Badan Tanpa Diet

15 Dec 2015



Selalu Sarapan

Penelitian menunjukkan orang yang rutin sarapan cenderung memiliki berat badan lebih rendah. Tetapi, perhatikan menu sarapan Anda. Penuhi kebutuhan tubuh akan karbohidrat, protein, dan vitamin.

Kunyah makanan Anda dengan benar

Studi  telah membuktikan bahawa jika Anda lebih lama mengunyah makanan makan Anda akan cenderung untuk mengkosumi kalori lebih rendah. Selain itu, mengunyah dalam waktu yang lebih lama akan mencegah kelebihan makan, karena memberikan waktu bagi otak untuk menerima sinyal dari perut yang kenyang. Hal ini juga akan memfasilitasi pencernaan dengan lebih baik dan  membatasi ukuran porsi Anda. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mengunyah makanan sekitar 35 sampai 50 kali per suap.

Kurangi Mayonaise

Apakah Anda tahu sesendok the mayonaise mengandung 100 kalori. Karena itu gantilah campuran salad Anda dengan minyak zaitun untuk mengurangi kalorinya.

Makan Buah Sebelum Daging

Biasakan untuk makan buah setidaknya 30 menit sebelum Anda makan makanan yang berat, karena buah-buahan dapat dicerna dengan cepat. Makan buah-buahan saat perut kosong bermanfaat untuk mendetoksifikasi sistem tubuh dan membuat Anda makan lebih sedikit.

Isi Piring Dengan Makanan Rendah Kalori

Mulailah dengan makan dengan bahan pangan di piring Anda yang kalorinya paling rendah.Dengan demikian saat Anda memulai makan jenis lainnya perut Anda sudah agak kenyang.

Sumber artikel:

http://www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/16-tips-menurunkan-berat-badan-tanpa-diet.html











Read more ...