Apakah Anda merasa hampa atau bahkan panik jika berada jauh dari smartphone? Dunia terasa 'kiamat' karena merasa tidak terhubung dengan banyak orang dan kehilangan banyak informasi?
Ketika muncul rasa cemas setiap kali lupa membawa ponsel merupakan salah satu gejala nomophobia, alias ‘No Mobile Phone Phobia’. Istilah nomophobia pertama kali dikemukakan oleh para peneliti Inggris pada tahun 2008. Jumlah penderita nomophobia tampaknya terus meningkat hingga sekarang akibat makin menjamurnya smartphone.
Para peneliti percaya, jumlah nomophobia terus meningkat mengingat kini semua hampir serba digital. Untuk mengukur tingkat nomophia seseorang, tim peneliti pun membuat serangkaian tes dengan 20 pertanyaan.
Hasil penelitian menunjukkan, wanita 3,6 kali lebih mungkin mengalami nomophobia dibandingkan laki-laki. Namun para peneliti belum mengetahui mengapa lebih banyak wanita yang mengalami nomophobia.
Studi sebelumnya menunjukkan, sebanyak 77 persen responden berusia 18-24 tahun tidak mampu menjauh dari ponsel mereka selama lebih dari beberapa menit saja.
Untuk mengetahui penyebabnya, para psikolog dari Amerika Serikat mewawancarai 9 mahasiswa yang diketahui sangat bergantung pada smartphone mereka. Psikolog menanyakan tentang bagaimana perasaan mereka ketika dipisahkan dari ponsel mereka.
Hasilnya, para responden akan merasa tidak nyaman ketika tidak menerima pesan teks atau telepon dari teman-teman maupun keluarga mereka. Mereka menjadi gelisah jika tidak dapat mengakses informasi, seperti mencari jawaban atas pertanyaan melalui Google dan merasa kesal jika tidak berhasil menemukan sebuah restoran atau mencari arah dari smartphone mereka.
Peneliti juga menyebar kuisioner kepada 301 mahasiswa untuk melihat tingkat keparahan nomophobia. Menurut para peneliti, kegelisahan ketika tidak menggenggam smartphone mungkin tidak terlihat sebagai suatu masalah yang berarti.
“Ketergantungan pada smartphone bukanlah sesuatu yang harus dilarang. Tetapi, masalah muncul ketika kegelisahan terhadap smartphone mulai mengganggu kesehatan mental seseorang dan kesejahteraan psikologis,” ujar Ketua Penelitian dari Iowa State University, Caglar Yildirim.
Sumber Artikel:
No comments:
Post a Comment