​Masalah Kulit Indikasikan Penyakit Pada Tubuh

27 Nov 2014
Metrotvnews.com, Jakarta: Ilmu pengetahuan selalu menawarkan informasi baru untuk mendeteksi berbagai macam penyakit. Seperti yang belum lama ini dipaparkan oleh dr. Doris Day, dermatologis dari Lenox Hills Hospital di New York City. 

Dalam hal ini, Day memaparkan bagaimana perubahan kulit dapat menjadi alarm bagi kesehatan tubuh Anda. Berikut ini penjelasannya seperti dikutip dari Fox News, Minggu (23/11/2014).

1. Ruam pada kulit
Pada pasien Demam Berdarah Dengue (DBD), ruam pada kulit biasanya disertai dengan nyeri otot dan demam. Namun, jika Anda mendapati kulit ruam tanpa gejala lainnya, ada baiknya untuk berkonsultasi mendalam dengan dokter Anda.

Menurut American Academy of Dermatology, ruam di sekitar leher atau belakang lengan dengan warna yang lebih gelap dengan warna kulit, menjadi indikasi seseorang mungkin memiliki resiko diabetes tipe 2. "Jika ruam tersebut kasar seperti beludru, bisa menjadi tanda peringatan adanya kanker internal (hati atau perut)," jelas Day.

2. Warna kuning pada kulit
Mungkin keadaan ini sudah populer sejak lama. Orang kerap menyebutnya dengan penyakit kuning. Menurut Day, warna kuning pada kulit menjadi indikasi kegagalan fungsi hati. "Jika sudah parah, kondisi tersebut juga akan terlihat di bagian putih mata yang ikut menguning," imbuhnya.

3. Kulit gatal
Gatal-gatal pada kulit, bisa menjadi indikasi masalah hormonal, seperti kekurangan tiroid. Masalah hormonal, biasanya juga ditandai dengan munculnya eksim dan kekeringan pada kulit. 

4. Jerawat
Pada wanita, jerawat yang muncul di sepanjang garis rahang bisa menjadi indikasi sindrom ovarium polikistik. Kondisi inilah yang kerap menyebabkan kenaikan berat badan dan rambut menipis. Selain itu, letak jerawat juga bisa menjadi mendeteksi masalah yang terjadi pada tubuh Anda. Jerawat di dahi, menandakan terlalu banyak racun yang menumpuk pada tubuh. Jerawat yang terletak di dagu, menandakan adanya masalah pada pencernaan Anda. 
AWP




Sumber artikel & gambar:
http://rona.metrotvnews.com/read/2014/11/23/322587/8203-masalah-kulit-indikasikan-penyakit-pada-tubuh
Read more ...

Memasuki Musim Hujan, Waspadai Demam Berdarah

25 Nov 2014
BANDUNG,(PRLM).- Bandung dan sekitarnya saat ini mulai memasuki awal musim hujan. Salah satu penyakit yang harus diwaspadai adalah demam berdarah.
Staf Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Bandung, Neneng Sugianti menuturkan hujan dengan intensitas ringan dan sedang seperti saat ini menyebabkan banyak genangan air.
Genangan air ini dapat ditemui misalnya di benda-benda bekas, seperti kaleng dan ban, serta talang air dan pot bunga. Barang-barang tersebut bisa menjadi tempat yang nyaman untuk berkembang biak nyamuk.
Namun belum semua mengetahui pot bunga bisa menjadi tempat nyamuk berkembang biak. Salah satunya Lina (35). "Saya tahu kalau barang bekas seperti kaleng menjadi tempat berkembang biak nyamuk, tapi pot bunga baru mendengarnya," ungkapnya.
Demam berdarah merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypty atau Aedes albopictus. Nyamuk ini mempunyai kemampuan terbang sekitar 100 meter sehingga berpotensi menyebabkan wabah.
Tanda dan gejala dari penyakit demam berdarah di antaranya demam mendadak atau panas tinggi tanpa sebab yang jelas. Badan terasa lemah, nyeri ulu hati.
Gejala lainnya, pusing, sakit pada otot dan sendi. Bisa juga timbul mimisan, tinja berdarah, muntah darah. Pada perempuan bisa menyerupai menstruasi.
Pencegahan demam berdarah dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan. Seperti menimbun barang bekas, membereskan air yang tergenang.
Pertolongan pertama pada penderita demam berdarah dilakukan dengan memberikan air yang mengandung elektrolit, seperti oralit atau jus buah-buahan. Setelah itu membawa pasien ke saran pelayanan kesehatan terdekat.(Yeni Ratnadewi/A-108)***

Sumber article:
Read more ...

Public apathy leads to dengue spike

24 Nov 2014
KUALA LUMPUR: Dengue fever has reached pandemic levels due to public apathy.
There were 88,806 cases reported until Nov 8 this year compared to 31,170 in the corresponding period last year.
“Most Aedes breeding grounds formed out of human negligence,” said operations director of the Malaysian Integrated Medical Professionals Association (Mimpa) Dr Muhamad Hazizi Muhammad Ha­­sa­ni.
“Residents around dengue hotspots refuse to change their habits and that is causing the number of dengue cases to rise every day,” said the doctor who leads 300 volunteers on weekly operations to destroy potential mosquito breeding grounds around Kuala Lumpur.
Dr Muhamad Hazizi claimed that low-cost flats were the most common Aedes breeding ground.
“I guarantee you will find stagnant water below staircase landings, near the central water tank, and dish washing areas,” he said.
Dr Muhamad Hazizi said that the Aedes would not breed so easily if residents inspected and cleaned their areas regularly.
He advised flat dwellers to assign teams to check for water ponding at stagnation-prone areas.
“Just spend 10 minutes a week to check whether the central water tank or your toilet is properly sealed,” he said.
When asked whether Mimpa was fighting a losing battle, Dr Hazizi replied it was a fact that the organisation had manpower problem.
“We now have 300 volunteers and can only clean four to five hotspots a week,” he said.
Dr Muhamad Hazizi said Mimpa was aiming at forming a 1,500-strong volunteer base by collaborating with local universities.
“Universiti Malaya’s Faculty of Built Envi­ronment has created a volunteerism course for students who can earn credit points by joining Mimpa’s dengue fight.
He added that Mimpa would help Cyberjaya University College organise a similar course for its students.
A report from the Health Ministry showed 169 dengue-related deaths so far this year, compared to 63 in the same period last year.


Article source:
Read more ...

Reduction of imported car prices by up to 30% on track

20 Nov 2014
KUALA LUMPUR: The Government is committed to ensure that prices of imported cars particularly those in the mid-range engine capacity will be reduced by up to 30%, said International Trade and Industry Deputy Minister Datuk Hamim Samuri(pic) on Thursday. 
"The Government will keep its promise of reducing prices of imported cars between 20% and 30% within the next five years,” Hamim said this when answering a question by Rafizi Ramli (PKR-Pandan) in the Dewan Rakyat. 
However, he said the reduction of prices does does not include imported luxury cars. 
He agreed with Che Mohamad Zulkifly Jusoh (BN-Setiu) that the price reduction of imported cars could not be done immediately as it would have a negative impact on the industry. 
Hamim noted that such a drastic move would leave the secondhand car dealership industry in a lurch. 
"What will happen is that consumers will focus on getting new vehicles and will no longer want to buy secondhand cars,” he added. 
Earlier, Hamim told lawmakers that RM10bil was generated from excise duties for imported cars. 
He said RM3.37bil was collected in 2011, RM3.44bil in 2012 and RM3.19bil in 2013.


Article source:
Read more ...

Pemanis tiruan dijamin selamat?

19 Nov 2014
Aspartame dipercayai menimbulkan rasa lapar, menyebabkan seseorang makan secara berlebihan

MAYO Clinic yang dipercayai sumber rujukan utama golongan perubatan moden mendapati pemanis tiruan adalah selamat dan tidak mengganggu paras gula darah.

Kenyataan tersebut berdasarkan artikel berjudul Artificial Sweeteners and Other Sugar Substitutes yang memuatkan kenyataan berkaitan. Kepercayaan yang sama juga dipercayai dipegang sebahagian besar golongan perubatan moden, pakar dietetik, pakar nutrisi dan wartawan.

Pada bahagian akhir artikel minggu lepas penulis sangkal kepercayaan tersebut. Sangkalan penulis adalah bersandarkan kepada sebuah kajian berjudul Artificial Sweeteners Induce Glucose Intolerance by Altering the Gut Microbiota yang diterbitkan dalam jurnal Nature (9 Oktober 2014).

Kumpulan penyelidik kajian tersebut mendapati pengambilan pemanis tiruan tanpa kalori yang biasa ditambah dalam makanan terproses menyebabkan pembentukan ‘tidak toleran kepada glukos’ (glucose intolerance) melalui proses perubahan komposisi serta fungsi mikroflora usus.

Selepas menjalankan kajian pada tikus, penyelidik kajian tersebut menjalankan kajian ke atas subjek manusia. Dalam uji kaji pertama, penyelidik menganalisis paras gula darah dan koloni bakteria pada 381 orang subjek yang mengambil bahagian.

Seperti dijangka, penyelidik kajian mendapati subjek yang mengambil pemanis tiruan pada paras tinggi mengalami gangguan metabolisme termasuk peningkatan berat badan serta mengalami perubahan koloni mikroflora usus yang ketara.

Gangguan metabolik

Keputusan daripada kajian kedua yang juga melibatkan subjek manusia pula menunjukkan 4 daripada 7 subjek  yang mengambil dos saccharin engalami perubahan koloni mikroflora selain mengalami peningkatan gula  darah.

Kajian-kajian tersebut mendapat perhatian bijak pandai misalnya daripada saintis saraf Purdue University, Dr Susan Swithers yang menyatakan dos yang diambil oleh kumpulan subjek kajian menunjukkan kesan gangguan akibat pengambilan pemanis tiruan terhadap paras gula darah dan koloni bakteria berlaku pada jangka masa yang pendek.

Namun ia menerima kritikan daripada saintis makanan Stanford University, Dr Christopher Gardner. Beliau berpendapat dos yang diberikan kepada kumpulan subjek kajian tidak sesuai.

Kumpulan subjek manusia diberikan saccharin 5 mg/kg berat badan setiap hari. Ini ialah dos maksima yang dicadangkan oleh FDA. Maksudnya setiap subjek yang memiliki berat badan 60 kg perlu mengambil 300 mg saccharin setiap hari!

Menurut Dr Gardner, dos tersebut serupa seperti seorang dengan berat badan 68 kg mengambil 42 tin air soda berkarbonat setiap hari.

Bagaimanapun, ramai pengkritik berpendapat kajian seperti ini tidak harus diketepikan begitu sahaja. Jika penemuan ini boleh diulangi dengan kejayaan dalam kajian lain misalnya dengan bilangan subjek kajian yang lebih besar serta dos yang lebih munasabah, maka ia akan memberi mesej kepada pelbagai golongan.

Mesejnya ialah pemanis tiruan menyebabkan gangguan metabolik kepada sesetengah orang.

 Ia juga tidak selamat untuk orang awam dan juga penghidap diabetes. Berikut ialah beberapa kajian sains menunjukkan pemanis tiruan dipercayai menimbulkan beberapa gangguan metabolik kepada tubuh.

Kajian berjudul Uncoupling sweet taste and calories: Comparison of the effects of glucose and three intense sweeteners on hunger and food intake (Physiology and Behavior, 1988) mendapati pemanis tiada/rendah kalori boleh menyebabkan perubahan pada selera makan. Daripada tiga jenis pemanis tiruan yang diuji, aspartame didapati menunjukkan kesan paling jelas.


Tambah berat badan

Kajian berjudul Oral stimulation with aspartame increases hunger. Yang terbit dalam jurnal yang serupa (1990) pula menunjukkan aspartame menyumbang kesan kepada selera makan berdasarkan masa iaitu menyebabkan penurunan sementara diikuti dengan peningkatan kadar rasa lapar yang berkekalan.

Sebuah kajian epidemiologi dikenali sebagai San Antonio Heart Study (2005) yang dijalankan selama 25 tahun menunjukkan mengambil soda diet meningkatkan risiko peningkatan berat badan yang serius – jauh lebih tinggi berbanding dengan pengambilan soda biasa.

Dalam sebuah kajian lain seperti dilaporkan dalam jurnal Appetite (2012), kumpulan penyelidik mendapati kedua-dua saccharin dan aspartame menyebabkan peningkatan berat badan yang lebih besar berbanding dengan gula. Kerana kesuntukan ruang, penulis hanya memilih beberapa hasil kajian seperti yang dipaparkan di atas.

Mengapa orang ramai mudah percaya kepada informasi yang disampaikan media dan golongan perubatan moden misalnya mengenai pandangan pemanis tiruan adalah selamat diambil orang awam dan penghidap diabetes serta perkara lain berkaitan dengan penjagaan kesihatan?

Berikut ialah pandangan penulis. Satu daripada punca suatu kepercayaan dipegang secara berterusan oleh golongan perubatan moden, pakar dietetik mahu pun ahli nutrisi moden ialah sikap fanatik kepada sesuatu informasi yang diketahui misalnya daripada buku mata pelajaran di universiti.

Sebahagian besar golongan wartawan dan penulis pula fanatik kepada informasi yang disebarkan oleh media misalnya Mayo Clinic.

Katakanlah pembaca dapati seorang wartawan atau penulis menyatakan Mayo Clinic sebagai sumber rujukan dalam tulisan mereka. Apabila ditanya mengapa mereka bertindak demikian, kemungkinan besar mereka akan menyatakan media tersohor dan golongan doktor seluruh dunia menjadikannya sebagai sumber rujukan.

Tambahan pula, Mayo Clinic memang memiliki sejarah yang panjang serta cemerlang terutama dalam bidang penyelidikan perubatan.


Pakar bertaraf dunia

Cuba taip what is Mayo Clinic di Google. Jawapan ringkas untuk pembaca tersedia di barisan pertama muka pertama yang berbunyi Mayo Clinic is a nonprofit worldwide leader in medical care, research and education for people from all walks of life.

Maksudnya dalam bahasa Melayu ialah Mayo Clinic merupakan peneraju sedunia tidak berasaskan keuntungan dalam bidang perubatan, penyelidikan dan pendidikan untuk orang ramai pelbagai golongan.

Bagi pengkritik berilmu pula terutama yang memandang serta meneliti sesuatu perkara dari sudut yang berbeza-beza akan mendapati sesungguhnya ilmu atau informasi yang disampaikan oleh Mayo Clinic tidak lepas daripada kecelaruan di sana-sini.

Golongan perubatan moden mungkin tidak senang jika mereka tahu ada golongan atau orang yang cuba mengkritik Mayo Clinic. Mana tidaknya. Ia kerana mereka percaya Mayo Clinic yang dibarisi oleh lebih 3,000 pakar perubatan bertaraf dunia sudah tentu sentiasa menyumbang yang terbaik dalam bidang perubatan dan pendidikan.

Apa pun gelaran dan sanjungan terhadap sesuatu badan atau organisasi termasuk Mayo Clinic, namun ia tidak bebas daripada kelemahan. Sebahagian kelemahan diri jarang-jarang dapat dikesan oleh diri sendiri.

Ia dapat dikesan oleh orang luar lingkungan. Ia juga dapat dikesan jika mekanisme penambahbaikan diubahsuai agar kelemahan sentiasa dapat diperbaiki.




Pemanis tiruan saccharin dan aspartame meningkatkan berat badan. - Gambar hiasan.


Sumber artikel:

http://www.sinarharian.com.my/rencana/pemanis-tiruan-dijamin-selamat-1.334765
Read more ...

Home cooking a key ingredient to a healthy diet

18 Nov 2014
When people cook most of their meals at home, they consume fewer carbohydrates, less sugar and less fat than those who cook less or not at all


Cooking at home can lead to consuming fewer calories and healthier foods, according to a new study from Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health Research.
“When people cook most of their meals at home, they consume fewer carbohydrates, less sugar and less fat than those who cook less or not at all — even if they are not trying to lose weight,” says Julia A. Wolfson, MPP, a CLF-Lerner Fellow at the Johns Hopkins Center for a Livable Future and lead author of the study.
Surpringly, the study also found those who cook at home six or seven nights per week tend to eat less when they do go out to dinner.
Co-authors Wolfson and Sara N. Bleich, PhD, an associate professor in the Department of Health Policy and Management at the Bloomberg School, examined the responses to a questionnaire filled out by 9,000 US-based participants with a minimum age of 20.
Eight percent of them cooked dinner once or even less per week and they consumed an average of 2,301 calories, 84 grams of fat and 135 grams of sugar per day.
Forty-eight percent of survey respondents cooked dinner six to seven times per week and they consumed an average of 2,164 calories, 81 grams of fat and 119 grams of sugar per day.
Drs. Wolfson and Bleich found that those who cook at home are less dependent on frozen foods and less likely to choose fast foods when they dine out.
The researchers say it won’t be easy to get people cooking more often, but there are ways.
“Time and financial constraints are important barriers to healthy cooking and frequent cooking may not be feasible for everyone,” she says. “But people who cook infrequently may benefit from cooking classes, menu preparation, coaching or even lessons in how to navigate the grocery store or read calorie counts on menus in restaurants.”

Article source:


Read more ...