Banyak
masyarakat yang masih beranggapan asuransi hanya akan membuang uang saja,
biayanya mahal, atau khawatir dipersulit waktu mengajukan klaim. Mereka yang
paham dengan prinsip kerja asuransi, akan rela menyisihkan sebagian dananya
untuk membeli asuransi dengan tujuan membangun proteksi dan asset masa depan.
Kebutuhan
asuransi setiap orang dalam tahap kehidupan akan berubah seiring waktu. Lebih
baik pada saat masih muda Asuransi Jiwa dipandang kurang perlu. Akan tetapi
Anda perlu ingat, pada saat Anda memasuki gerbang pernikahan di mana biaya
kebutuhan semakin meningkat dan tanggungjawab terhadap keluarga sangat
dibutuhkan maka kebutuhan asuransi juga meningkat.
Berumah
Tangga
Bagi pasangan menikah yang belum memiliki anak biasanya
kebutuhan akan asuransi jiwa masih rendah, Apabila anda dan pasangan sama-sama
memiliki penghasilan dan belum mulai mencicil
membeli rumah dengan KPR, kematian salah satu dari Anda tidak akan menjadi
bencana financial bagi yang lain.
Namun lain halnya
setelah anda mulai mencicil membeli rumah dengan kredit pemilikan rumah (KPR),
beban pengeluaran akan terasa sangat berat bagi pasangan yang masih hidup
karena semua harus ditanggung sendiri. Untuk memastikan pasangan yang masih
hidup dapat mempertahankan taraf kesejahteraannya, Anda sebaiknya membeli Asuransi
Jiwa.
Hal ini akan memberikan ketenangan pikiran baik kepada anda maupun pasangan karena anda dan pasangan akan terlindungi secara finansial dari hal yang tidak diinginkan.
Hal ini akan memberikan ketenangan pikiran baik kepada anda maupun pasangan karena anda dan pasangan akan terlindungi secara finansial dari hal yang tidak diinginkan.
Resiko
Hidup
Semua yang lahir pasti
akan meninggal. Bila yang terjadi resiko meninggal terhadap tertanggung yang
menjadi sumber ‘income’/tulang punggung keluarga, maka keluarga yang
ditinggalkannya akan membutuhkan dana untuk dapat terus melanjutkan hidup,
paling tidak dalam suatu masa tertentu sampai mereka siap melanjutkannya
sendiri.
Asuransi menyediakan
dana saat terjadi resiko tsb. Dalam hal ini yang menerima manfaat yaitu
keluarga ahli waris. Tertanggung dapat memperkirakan berapa besar biaya hidup
keluarga setiap bulannya sebagai dasar untuk menentukan besarnya nilai Uang
Pertanggungan (UP) asuransi dasar. UP ini ditambah dengan tabungan dan asset
kekayaan tertanggung bila diinvestasikan, maka hasilnya diharapkan akan dapat
menutupi kebutuhan keluarga yang ditinggalkannya.
Biaya Resiko
Bila yang terjadi resiko kecelakaan
atau sakit kritis, pastinya ada kebutuhan dana besar. Berapa besar biaya
yang akan dibutuhkan; apakah dananya siap; berapa lama waktu pengobatannya;
apakah tabungan dan asset kekayaan saat itu cukup untuk menutupi biaya
pengobatannya, termasuk juga mempertimbangkan biaya kebutuhan hidup keluarga
selama tertanggung sakit.
Bila tertanggung tidak memiliki
asuransi, maka dapat dipastikan tabungan dan asetnya akan tergerus untuk biaya
pengobatan medis maupun non-medis serta biaya hidup keluarga. Yang
dikhawatirkan bila dananya tidak cukup banyak saat kejadian, maka yang terjadi
kemungkinan harus pinjam sana-sini.
Namun seandainya dananya cukup
memenuhi biaya pengobatan sampai tertanggung sembuh, dikhawatirkan tabungan dan
asset kekayaan yang dikumpulkan selama bertahun-tahun menjadi
berkurang atau bahkan habis.
Akibatnya tertanggung menderita
kerugian ekonomi dan harus bekerja keras lagi. Dalam kasus lain, kondisi
tertanggung mungkin mengalami cacat tetap sehingga tidak dapat bekerja lagi,
maka dapat dibayangkan bagaimana kondisi hidup dan keuangannya setelah itu.
Perkiraan biaya resiko atau kebutuhan dana bisa menjadi dasar penentuan Uang
Pertanggungan (UP) manfaat asuransi kecelakaan, cacat tetap/kelumpuhan dan
sakit kritis.
Asuransi adalah suatu kebutuhan
Semua orang butuh perlindungan dari resiko kerugian ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan. Prinsip ‘biarkan hidup seperti air yang mengalir’ adalah ungkapan yang tidak tepat karena terlalu pasrah, tidak memiliki energi untuk merencanakan hidup ke arah yang lebih baik. Semua resiko hidup berkaitan dengan kebutuhan uang.
Sumber
artikel:
No comments:
Post a Comment